[ Selasa, 09 Maret 2010 ]
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpage&kat=7
Oleh: Abd. Sidiq Notonegoro
KABAR akan mundurnya Amien Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan sekaligus berhasrat untuk kembali memegang kendali Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sungguh sangat mengejutkan. Semula saya hanya mendengar samar-samar kabar itu dari SMS teman. Karena itu, saya tidak begitu yakin terhadap kabar tersebut dan, menurut saya, menjadi hal yang aneh kalau benar. Namun, setelah membaca berita Jawa Pos (06/03/2010), saya serasa sedang bermimpi pada siang bolong. Ternyata kabar itu benar.
Bagi saya, mundurnya Amien dari posisi ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN dan ingin kembali memimpin Muhammadiyah merupakan hal yang terkesan sangat dipaksakan dan kurang pas. Alasan bahwa dirinya (Amien) kerap mendapatkan desakan dari warga Muhammadiyah agar kembali berkhidmat di Muhammadiyah tidak lebih sebagai sebuah argumentasi yang klise. Sebaliknya, saya sangat yakin adanya faktor lain yang ''memaksa'' Amien untuk kembali menjadi Ketum PP Muhammadiyah. Bukankah dia sendiri pernah bilang bahwa Muhammadiyah sudah seperti baju yang sempit?
Kecurigaan adanya ''faktor lain'' di balik niat mundurnya Amien memang cukup beralasan. Bukankah MPP PAN hasil Kongres III PAN masih menempatkan dia sebagai ketua MPP PAN untuk masa bakti 2010-2015? Mungkinkah ada silang pandangan antara Amien dan Hatta Rajasa terkait dengan bailout Century? Ataukah ini merupakan strategi politik PAN untuk mendapatkan kembali simpati warga Muhammadiyah? Mengapa pula Amien mau dipilih kembali menjadi ketua MPP PAN kalau memang masih berhasrat untuk kembali menjadi Ketum PP Muhammadiyah?
Karena itu, tidak berlebihan bila beberapa kader Muhammadiyah kurang sreg terhadap manuver Amien menjelang muktamar Muhammadiyah di Jogjakarta tersebut. Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Ahmad Rofiq mempertanyakan motif Amien untuk berbalik dari habitat politiknya ke habitat ormas (JP 06/03/2010). Terlebih lagi realitas selama ini, Muhammadiyah cenderung berubah menjadi pragmatis dan kewibawaannya merosot ketika seorang (mantan) politikus memegang kendali. Realitas itu banyak terjadi di tingkat daerah maupun cabang.
Kembalinya Amien yang berhasrat untuk menjadi Ketum PP Muhammadiyah juga seakan menegaskan anggapan bahwa saat ini Muhammadiyah sedang mengalami krisis kader. Dan bila selama ini dinyatakan bahwa pengaderan di Muhammadiyah tidak ada persoalan, maka come back-nya Amien ke Muhammadiyah justru membuat image tidak berjalannya transformasi kader di Muhammadiyah. Dinamika pengaderan di organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah seakan menguap begitu saja bila hasrat Amien itu benar-benar hendak diwujudkan.
Bila ingin membesarkan Muhammadiyah, Amien tidak harus menjadi Ketum PP. Amien akan lebih elegan bila berposisi di Dewan Penasihat PP Muhammadiyah bersama tokoh-tokoh senior Muhammadiyah yang lain. Biarlah roda persyarikatan tersebut dikendalikan kader-kader yang lebih muda.
Perlu Sikap Dewasa
Bila benar hasrat come back Amien disebabkan desakan warga Muhammadiyah di daerah-daerah, tidak ada kata lain yang bisa disampaikan kecuali mengajak kembali warga Muhammadiyah untuk berpikir dewasa. Menarik kembali Amien dari panggung nasional ke dalam ruang Muhammadiyah yang sudah penuh sesak itu bukanlah keputusan bijaksana. Memaksa Amien memimpin kembali Muhammadiyah sama dengan mengebiri dan mengerdilkan Amien sebagai kader umat dan kader bangsa.
Semestinya warga Muhammadiyah bisa berpikir jernih bahwa masih banyak stok kader Muhammadiyah -baik di tingkat nasional, wilayah, maupun daerah- yang layak menjadi penerus kepemimpinan di PP Muhammadiyah. Misalnya, Syafiq A. Mughni (ketua umum PW Muhammadiyah Jatim), Ahmad Djainuri (rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), Muhadjir Effendi (rektor Universitas Muhammadiyah Malang), Dadang Kahmad (ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat), Haidar Nashir (sekretaris umum PP Muhammadiyah periode sekarang), dan masih banyak lagi tokoh muda yang lebih perlu diorbitkan.
Sebaliknya, warga Muhammadiyah semestinya terus mendorong Amien untuk terus berkiprah di pentas nasional dan bahkan internasional di luar Muhammadiyah. Kalau Buya Syafii Ma'arif (mantan Ketum PP Muhammadiyah) mampu tampil sebagai guru bangsa, mengapa Amien tidak bisa? Pikiran-pikiran konstruktif Amien dalam bidang agama, sosial, dan politik masih sangat dibutuhkan masyarakat bangsa ini. Karena itu, warga Muhammadiyah harus legawa melepaskan kadernya untuk bergelut di arena yang lebih luas dan lebih menantang. Harus diakui, popularitas Amien saat ini lumayan meredup dalam pentas nasional jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh nasional lainnya.
Dalam hal ini, Amien perlu melihat (alm) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga pernah menjadi ketua umum PB NU. Meski pada akhir hayatnya tidak berada dalam struktur kepemimpinan PB NU, pikiran-pikiran Gus Dur masih berpengaruh signifikan bagi perjalanan NU ke depan. Hal seperti itulah yang sepatutnya dilakukan Amien.
Lepas dari indikasi kepentingan jangka pendek PAN, hasrat Amien untuk menjadi kandidat calon Ketum PP Muhammadiyah juga dicurigai sebagai hasil rekayasa pihak-pihak tertentu untuk menghadang laju calon-calon Ketum PP Muhammadiyah potensial di muktamar kelak. Diharapkan, dengan tampilnya Amien dalam pentas muktamar, kader-kader potensial Muhammadiyah yang hendak bertarung di pentas muktamar menjadi ewuh-pakewuh untuk melanjutkan niatnya.
Karena itu, tidak ada jalan lain bagi warga Muhammadiyah kecuali berpikir logis dalam menatap masa depan. Kader Muhammadiyah yang sudah menjadi kader umat dan bangsa janganlah ditarik balik untuk hanya menjadi kader persyarikatan. Kader Muhammadiyah bukanlah yang seumur hidup menjadi pengurus atau pimpinan Muhammadiyah. Tetapi, yang disebut kader Muhammadiyah ialah yang berkiprah di mana saja, namun rohnya masih roh Muhammadiyah. Jadi, Pak Amien tidak perlu takut tidak diakui sebagai kader Muhammadiyah hanya gara-gara tidak jadi Ketum PP. Muhammadiyah. (*)
*). Abd. Sidiq Notonegoro, aktivis PW Pemuda Muhammadiyah Jatim
Informasi : Pembaca yang ingin menyumbangkan opini atau gagasan, dapat dikirimkan melalui
>>> opini@jawapos.co.id
Harap sertakan foto diri, nomor rekening serta NPWP (kalau ada).
* Minimnya Lagu Anak-Anak
* Episode Sulit Telah Berlalu
HALAMAN KEMARIN
* Menunggu Obama di Jakarta
* Pengobatan Tradisional Jepang
* Nasionalisme Kita Terkikis
* Jelang Kedatangan Sahabat
* KPK Pasca-Tumpak
* Cukup Sistemik Politik
* Kembali ke Nama Ujung Pandang
* Pembelotan Lily Wahid
* Mereformasi Tatib Parlemen
* Siaran Berita Bilingual
* HOME
* BERITA UTAMA
* INTERNASIONAL
* POLITIKA
* OPINI
* EKONOMI BISNIS
* SPORTIVO
* METROPOLIS
* EVERGREEN
* DETEKSI
* SHOW SELEBRITY
* MINGGUAN
Copyright @2008 IT Dept. Jawa Pos
Jl. Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia
Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555